Image result
Picture Film Love In The Moonlight. (Gambar bukan milik saya)

Saya akhir-akhir ini sedang membuat catatan demi catatan kecil untuk sebuah laporan rutin terkait film-film drama Korea dampak dari Halyu Wave atau gelombang film-film Korean Pop (K-Pop). Secara sederhana hanya menonton dan memberikan penilaian dalam artikel 1.200 kata. Karena waktu kuliah di HI Unair dulu hal seperti ini merupakan tugas harian, makanya jadi sudah terbiasa.

Tugas pertama tentunya yang paling fenomenal di tahun 2016 yaitu The Descendant Of The Sun yang dibintangi dua artis kenamaan K-Pop, Song Jong Ki dan Song Hye Kyo. Alasan awal menerima karena ada nama Song Hye Kyo ini. Lalu berturut-turut drakor Doctors yang dibintangi Park Shin Hye dan aktor kawakan Kim Rae Won. Berikutnya yang sedikit nyeleneh tapi asyik Bring It On, Ghost! yang bercerita mengenai pemburu hantu yang jatuh cinta pada hantu cantik dimana dibintangi oleh dua artis muda yang lagi naik daun TaecYeon sebagai pemburu hantu bernama Park Bong Pal dan Kim So Hyun sebagai hantu SMA bernama Kim Hyun Ji dan banyak lagi.

Terakhir adalah hari ini, sesuai masa kontrak masa film terakhir adalah Love In The Moonlight atau Moonlight Drawn by Clouds. Ini yang mencoba saya share karena temanya politik sesuai background akademis saya. Sekaligus berbau HI terutama soal matakuliah Masyarakat dan Budaya Asia Timur (walau waktu kuliah gak ambil matakuliah ini). Film sepanjang 18 episode ini dibintangi oleh aktor yang tengah berada di puncak bersama pemeran utama film yang menjadi tugas pertama di atas yakni Park Bo Gum dengan lawan mainnya yang tengah ingin membuktikan bisa beranjak dewasa, Kim Yoo Jung.

Film ini bercerita mengenai kegemilangan raja dari Dinasti Joseon yang berasal dari novel seorang netizen yang pertama muncul pada 2013 lalu. Film yang mengangkat mengenai kisah Hong Ra On (Kim Yoo Jung) puteri seorang pemberontak bernama Hong Gyeong Nai yang menjadi “laki-laki” dan masuk lingkungan istana sebagai kasim dengan nama Hong Sam Nom karena berbagai kebetulan dan menjadi kasim Putra Mahkota Lee Young (Park Bo Gum) yang ternyata mengantarkannya pada bagaimana seluk beluk istana yang penuh konflik dan intrik.

Setting film ini mengambil era abad 19 dimana disini menampilkan pengaruh Barat terhadap kerajaan kerajaan di Asia (Timur) mulai teologi pembebasan. Ini terlihat pada scene episode-episode terakhir terkait ide-ide perubahan dari permaisuri terdahulu (ibu Lee Young) yang menjadi tumbal dari ide perubahan dalam dinasti Joseon, hingga transfer teknologi seperti teropong. Ini terlihat jelas pada saat scene Hong Ra On dikunjungi Kim Yoon Sung, cucu Kim Family (keluarga Perdana Menteri yang menguasai hampir seluruh jabatan penting di istana dan mewakili ide ide arus utama dan lama) di sebuah desa dan menyaksikan bulan purnama atau sesi saat Yoon Sung yang dibintangi Jin Young member B1A4 ini memakai pistol untuk mengancam seorang kasim yang mengetahui rahasia Hong Ra On sebagai wanita untuk tutup mulut.

Image result
Judul lain film Love In the Moonlight

Di dalam film ini kita bisa belajar bagaimana konspirasi untuk merebut kekuasaan justru hancur karena ternyata kepentingan di antara kelompok yang berkoalisi pecah gegara kepentingan masing-masing. Koalisi yang dibangun pun rapuh karena dibangun atas dasar balas jasa dan sama-sama memegang dosa politik masa lalu. Lee Young sebagai putra mahkota dianggap tidak pantas sebagai pengganti sang ayah Sun Jo yang sakit-sakitan karena memikirkan kejadian pemberontakan yang dilakukan ayah Hong Ra On melalui Grup Baekwoon. Tetapi perlahan sang putra mahkota yang masih muda dan diremehkan ini menunjukkan kemampuannya. Konspirasi demi konspirasi bisa diungkap berkat kepiawaiannya. Mulai dari pengkhianat terdekat kerajaan oleh permaisuri, lalu perdana menteri dan para menteri hingga tentunya melibatkan para dokter, tukang masak (konflik soal ini misalnya bisa dibandingkan dengan film keren Jang Geum) hingga di kalangan kasim sendiri. Ini semacam teringat dengan tren pemimpin muda masa kini yang di kancah perpolitikan nasional mulai bermunculan satu per satu. Usia zamani kadang belum tent menjadi ukuran terpenting karena kuncinya kemauan belajar dan berdiskusi dengan tokoh senior seperti yang dilakukan tokoh Lee Young yang kerap berdiskusi dengan seorang dokter di luar istana, Master Jeong.

Menariknya dari film ini adalah pesan tersirat bahwa ide-ide perubahan dimulai dengan MEMBACA dan DISKUSI. Terlihat jelas dari peran Park Bo Gum yang rajin membaca dan memiliki perpustakaan pribadi dan ternyata menurun dari sang ibu. Intrik dan konspirasinya bagus sekali sebagai pembelajaran politik dan khususnya strategi sederhana bagi kita. Seperti bagaimana membangun aliansi dengan negara lain, hubungan luar negeri dan diplomasi hingga mengenai peran WANITA dalam pusaran konflik politik yang seolah abadi sepanjang jaman. Peran wanita sangat kentara sepanjang film mulai klimaks dan antiklimaks yang sempat secara total mencapai TV Share di atas 17% dan sempat mencapai Share lebih 20% ini (seperti pada episode 7, 9, 11, 12 dan dua episode terakhirnya).

Image result
beberapa potongan adegan dalam film Love In The Moonlight.

Dengan sharing demikian bagus tak heran berpengaruh pada ketenaran pemeran utama film ini. Mulai disamakannya Park Bo Gum dengan Song Jong Ki hingga akting peralihan dari remaja ke dewasa dari aktris Kim Yoo Jung yang sangat keren. Bisa dikatakan ini adalah debutnya yang sukses karena total share Love In the Moonlight ini rata-rata dua digit walau di dua episode awalnya berada di angka 8,7% versi TNms atau 8,3% versi Nielsen.

Poin menariknya adalah bahwa dalam politik kita mesti berhati-hati justru pada orang terdekat karena dia paling tahu kita sehingga potensi menjadi pengkhianatnya sangat besar tetapi sekaligus mengajarkan pada kita bahwa mendapatkan seseorang yang bisa kita percayai ternyata selain sulit jumlahnya tak bisa banyak. Bahkan dalam membangun koalisi sekalipun karena kepentingan pragmatis atau terbukanya “dosa/aib” masa lalu yang bisa sewaktu-waktu dibuka dan menjadi alat transaksi (politik transaksional). Sepertinya menonton film ini dan membawanya pada politik nasional pasca Pilpres 2014 dan momentum Pilkada (isu agama pun ada di film ini, walau hanya sedikit saja) sedikit banyak membantu kita untuk memahami kenapa. Termasuk isu “pelengseran” pemegang kuasa dan kaitannya kondisi sosial ekonomi nasional. Sekian.

The Wedang Godhog
14 November 2016
Pkl 00:53 wib

By Bustomi Menggugat

Bustomi Menggugat adalah peneliti lepas dan analis politik. Keseharian beliau selain riset dengan berbagai lembaga, mengisi program TV dan radio juga kerap diundang mengisi topik kepemudaan dan mahasiswa. Bustomi Menggugat juga merupakan tim muda Kuliah Tjokroaminoto Untuk Kebangsaan dan Demokrasi Unair. Di luar aktivitas hariannya, beliau menyukai dunia travelling, tulis menulis dan blogging sehingga kerap diminta mengisi dengan topik terkait oleh berbagai lembaga dan komunitas. Untuk mengundang beliau bisa kontak berikut ini: Email: [email protected] Kontak: 0812-5266-3905 (Whatsapp Only)

Leave a Reply