Isi Kitab Safinatun Najah halaman pertama. (foto: bustomi)

Assalamualaikum Wr Wb

Kita memulai kajian tentang Kitab Safinatun Najah pada pekan kedua, Rabu (9/2/2022) ini dengan melanjutkan pembahasan tentang Arkanul Iman (rukun Iman) yang berjumlah sittah (enam). Jangan lupa membaca bismillah, sholawat kepada Rasulullah Muhammad SAW dan doa kepada pengarang kitab, keturunannya, murid-muridnya dan guru saya yang mengajarkan isi kitab ini kepada saya.

Sebagaimana banyak diketahui bahwa rukun Iman ada 6 yaitu kita beriman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat-malaikatNya, iman kepada kitab-kitabNya, iman kepada utusan-utusan Allah SWT, beriman kepada hari akhir dan mengimani takdir-takdir Allah yang baik maupun yang buruk. Semuanya diimani tanpa terkecuali agar kesempurnaan iman kita terjaga.

Nah, kira-kira apa yang baru dalam kajian Safinatun Najah pekan kedua ini ya guys. Ternyata selama ini menterjemahkan kalimat beriman kepada takdir yang baik maupun yang jelek itu ada permasalahan. Kenapa? Karena akan memunculkan ternyata takdir Allah ada yang jelek. Ada yang buruk. Seharusnya makna kata sarriĀ adalah takdir yang buruk atau jelek dalam pandangan kita. Karena ketentuan Allah itu pasti baik, hanya pandangan kita, tafsir kita, pemaknaan dari lah yang mengatakannya jelek atau buruk. Ini juga termasuk bagaimana adab kita kepada Allah SWT. Semua takdir Allah kepada makhlukNya adalah baik, ia menjadi “buruk” hanyalah dari sudut pandang kita sendiri.

Pemaknaan soal sarriĀ tadi menjadi penting karena ada satu persoalan (faslun) yang memang hanya satu kalimat singkat sederhana pada bagian awal Kitab Safinatun Najah ini yaitu pemaknaan bahwa tiada tuhan selain Allah adalah tidak ada yang berhak kepadanya kita ma’buda (menghamba, mengabdi, menyembah, patuh, taat) kecuali Allah SWT. Nah disini pemaknaan ma’buda adalah adalah penghambaan. Ibaratnya seorang hamba sahaya kepada tuannya. Manusia hanya wajib patuh sepenuhnya dan seutuhnya hanya kepada Allah. Kalimat ini nampak sederhana dan sangat simpel, tetapi pengejawantahannya tidak mudah dan sulit. Dengan mengaji, memiliki ilmu maka kita tahu bagaimana caranya. Disinilah sebenarnya fungsi kita mengaji Kitab Safinatun Najah yang sederhana ini.

Bersambung ……….

Surabaya, 9 Februari 2022

By Bustomi Menggugat

Bustomi Menggugat adalah peneliti lepas dan analis politik. Keseharian beliau selain riset dengan berbagai lembaga, mengisi program TV dan radio juga kerap diundang mengisi topik kepemudaan dan mahasiswa. Bustomi Menggugat juga merupakan tim muda Kuliah Tjokroaminoto Untuk Kebangsaan dan Demokrasi Unair. Di luar aktivitas hariannya, beliau menyukai dunia travelling, tulis menulis dan blogging sehingga kerap diminta mengisi dengan topik terkait oleh berbagai lembaga dan komunitas. Untuk mengundang beliau bisa kontak berikut ini: Email: [email protected] Kontak: 0812-5266-3905 (Whatsapp Only)

Leave a Reply