Saya selalu berkeyakinan sejak kuliah dulu bahwa penyebutan “Minggu Tenang” cukup bermasalah, karena mayoritas mahasiswa justru menjadikannya “Minggu Tegang”. Senada dengan itu saya kian meragukan pula istilah “Hari-Hari Tenang” jelang Pileg/Pilpres 2014 kali ini. Betapa tidak, saat suara bising motor yang memekakkan telinga, jalanan macet, minum-minuman beralkohol, nyanyian dangdut yang tak ada hubungannya dengan pencerdasa politik plus tarian erotis dinyatakan ‘dilarang’ selama 3 hari sebelum hari pencoblosan 9 April 2014 yang muncul malah pergeseran dari suhu politik yang ‘hangat’ menjadi kian “memanas”. Materi negative/black campaign kian marak. Basis massa parpol berlatar religi pun bukannya menjadi uswatun hasanah melainkan menjadi ‘obor/kompor’ aktivitas tersebut. Mulai munculnya Money Politics, saling caci/hina (sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan), bahkan hampir tiap hari menerima SMS yang menjatuhkan satu sama lain.

Pemilu 2014
Pemilu 2014

Tentu hal demikian tidaklah sehat dalam praktek berdemokrasi kita yang seharusnya kian lama kian menampakkan perilaku lebih bermartabat dan beretika. Mengapa kita justru kalah dengan periode pemilu 1955 misalnya. Pada pemilu ini misalnya menghasilkan 4 parpol pemenang dengan latar basis varian pemikiran berbeda tapi lebih dewasa menyikapi ragam ketidaksamaan tersebut. Sebut saja PNI, Masyumi, NU dan PKI. Bahkan dalam perjalanannya dua parpol beda kutub basis varian pemikiran PKI dan Masyumi menjadi dua parpol yang dalam sejarahnya tidak pernah terjerat kasus korupsi.

Saya hanya ingin menekankan bahwasanya menurut AD/ART kedua belas parpol (plus 3 parpol lokal di Aceh), cita-cita semua parpol tersebut tentunya sebagaimana diatur dalam UU No. 2 Tahun 2008 jo UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Artinya jika KPU dibantu DKPP ataupun Bawaslu meloloskan parpol tersebut sudah pasti sesuai dengan karakter ke-Indonesia-an. Terkecuali bahwasanya kita meragukan kapasitas dan integritas ketiga lembaga tersebut, jelas lain persoalan jadinya.

3 hari ke depan dimulai hari ini yang semestinya menjadi ajang ‘cooling down’ mengingat betapa ‘sengit’ kompetisi selama 2 minggu musim kampanye belakangan ini, justru berubah suhunha menjadi sangat ‘panas’. Saling serang satu sama lain mulai dari serangan darat bahkan ‘di udara’ untuk istilah perang dunia maya kian masif dan sporadis. Harapan publik untuk menyaksikan praktek berpolitik sehat memudar jika disajikan pemandangan demikian. Perlu kiranya di tingkat elit masing-masing untuk mendinginkan suasana dengan setidaknya melalui akun jejaring sosialnya menginstruksikan ke basis massa di tingkatan grass-root agar menghentikan praktek tak beretika tersebut. Bukan kenapa. Hanya kurang sedap jika kita mencoba berselancar di dunia maya justru dihadapkan dengan ‘kerikil-kerikil’ yang sangat mengganggu. Saya pun tentunya berharap agasr aparat berwenang dengan seabrek dana pengamanan bersinergi dengan Bawaslu/Panwaslu melakukan strategi investigatif guna menelusuri kantong-kantong rawan ‘serangan fajar’. Saya yakin beliau-beliau di ketiga lembaga tersebut sudah memahami cluster-cluster ‘rawan’ praktek politik uang.

Mudah-mudahan, tensi suhu politik dalam 2 ke depan ini mendingin dan para pelaku praktek tak etis sekaligus tidak mendidik bisa menyadari bahwa jadi tidaknya mereka sudah digariskan oleh Tuhan. Itupun jika memang mereka konsisten dengan syarat yang telah mereka penuhi saat mendaftar dulu, beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Selamat menjalani Hari Tenang 2 hari ke depan ini sebelum kita menentukan pilihan kita pada 9 April 2014 mendatang. Jangan jadikan ketenangan tersebut berubah menjadi hari yang menegangkan. Saya yakin kita semua sudah cerdas untuk menjalankan kompetisi dalam ajang pesta demokrasi kali ini. Masih tersisa 2 hari untuk membuktikannya. Ingatlah bahwasanya jika kita yakin Harapan Itu Masih Ada, maka akan tetap ada sebagaimana ucapan Tuhan dalam telusuran hadist Qudsi (ucapan Tuhan yang tak terekam dalam Kitab Suci) bahwasanya persangkaanNya menyesuaikan diri dengan apa yang diyakini hambaNya. Mari ucapkan “Selamat Datang Hari Tenang” dan sudah saatnya tinggalkan ‘ketegangan’ yang justru bisa mengganggu kesehatan diri kita. Vox populi vox Dei! #SalamAKUBISA #ProgramODOA 🙂

Surabaya, 6 April 2014
Warung Giras Ijo

By Bustomi Menggugat

Bustomi Menggugat adalah peneliti lepas dan analis politik. Keseharian beliau selain riset dengan berbagai lembaga, mengisi program TV dan radio juga kerap diundang mengisi topik kepemudaan dan mahasiswa. Bustomi Menggugat juga merupakan tim muda Kuliah Tjokroaminoto Untuk Kebangsaan dan Demokrasi Unair. Di luar aktivitas hariannya, beliau menyukai dunia travelling, tulis menulis dan blogging sehingga kerap diminta mengisi dengan topik terkait oleh berbagai lembaga dan komunitas. Untuk mengundang beliau bisa kontak berikut ini: Email: [email protected] Kontak: 0812-5266-3905 (Whatsapp Only)

Leave a Reply