Pada seri Kuliah di Dewan Menara CASIS UTM, beliau pengisi materi Prof Dr Wan Mohd Nor Wan Daud menyampaikan pada kami peserta kuliah umum berserial yang memenuhi aula walau malam minggu, bahwa memang tidak boleh anti-Barat tapi ‘jebolan’ Barat memang bukan kemudian menjadikan seorang dosen lalu lebih pinter dan pantas bergaji lebih drpd produk lokal. Terpenting revolusi pendidikan dan yang hilang saat ini adalah ADAB. Seorang mahasiswa tahu betul ADAB pada dosennya walau dia merasa lebih kaya dan lebih lainnya dari dosen yg mungkij hanya naik sepeda motor atau mobil keluaran lama. Pun juga dosen tahu betul ADAB sehingga mampu jadi panutan bagi mahasiswanya.
Tapi akhir-akhir ini demi atas nama pembelaan, ada seorang dosen menulis di akun resmi media sosialnya memakai diksi Dzat Yang Maha Suci dan Maha Berbeda dengan makhluk saya terhenyak. Walau mungkin sedang di sini tapi memantau keadaan negeri sendiri selalu dilakukan. Bahwa Tuhan Yang Maha Suci itu dituliskan dengan memakai diksi bukan ‘orang Arab’ entah bagaimana saya tak terkejut. Entahlah apa ini bagian dari peta kompli agar isu bisa dialihkan mengingat ‘penyakit’ umat saat ini masih belum berubah: mudah tergiring isu ‘sensitif’ sehingga lupa substansi.
Entahlah. Saya masih mendoakan yang terbaik untuk semua. Untuk seorang dosen ternama di kampus ternama ibu kota. Mari bersama-sama saling memahami dan menahan diri dengan memposting yang kurang bijak untuk tidak mengatakannya ‘kurang ajar’ atau lebih presisi ‘biadab’ (tanda tiadanya ADAB) sehingga memperuncing suasana. Marilah menjadi kaum intelektual yang ber-ADAB sehingga mampu menjadi panutan umat. Bukan berhenti pada titik in-telek. Maaf.
KUALALUMPUR
Masjid Pakistan
Rabu, 20 Mei 2015
Pkl 19.27 Maghrib.
